Pengajaran Sejarah di NKRI

SEJARAH DUNIA

Melihat berbagai kemelut yang terkait umat muslim di NKRI, sejarah Muslim Conquests http://en.wikipedia.org/wiki/Muslim_conquests beserta turunannya, mestinya juga diajarkan lengkap sebagai ilmu pengetahuan siswa NKRI agar semakin luas wawasannya, mengimbangi pangajaran sejarah NKRI. Materi serta pengajaran sejarah hendaknya bebas
nilai dan hanya mempunyai satu misi yaitu pembangunan bangsa Indonesia dengan belajar dari sejarah, agar bisa belajar dan memproyeksikannya ke depan. Jangan ada lagi, ini juga bagian dari sejarah, manipulasi sejarah oleh pemerintah yang sedang berkuasa untuk alasan politik untuk membenarkan politik kekuasaannya terjadi.

Jangan sampai ada lagi kasus seorang jendral TNI AD yang memanipulasi sejarah dan menjadi alat penguasa Orba untuk mempengaruhi pendidikan bangsa, atau kampanye kekuasaan dengan model kultus individu melalui pendidikan dan DAK. Ini adalah urusan moral dan hakiki sifatnya dalam pendidikan. Jangan racuni generasi muda bangsa demi kepentingan sesaat.

Dua model pendidikan bangsa Yunani, yaitu Athens dan Spartan bisa
menjadi cermin bagaimana Human Development outcome itu dalam membangun
perdaban masa depan. Disamping itu, Pendidikan sebelum Masehi bangsa
Mesir, Aztec, da Romawi juga bisa menjadi contoh dengan melihat hasil
peradaban dan peninggalannya yang masih kita nikmati hingga kini.

Produk pendidikan Yunani ratusan tahun sebelum masehi, termasuk arsitek
Pantheon yang baru saja ditayangkan di Natgeo, dan peninggalannya
kemudian kita kenal inspirasinya hingga kini, tentu menjelaskan bagaimana
dampak sebuah model pendidikan. Di sisi lain, Sparta yang menggunakan
model sama sekali berbeda juga kita bisa melihat hasilnya.

Pergantian rezim yang tumpes kelor karena paranoid itu, termasuk membuat
kesenian rakyat yang merupakan bagian dari budaya dan pendidikan tiarap,
adalah salah satu sebab mengapa outcome pendidikan tidak berbudaya, seperti loss
of identity, dignity, humanity, nationality adalah indikator mengenai
arah pendidikan NKRI yang tidak benar. Seni dan budaya adalah bagian dari
sisi pembangunan manusia yang akan menentukan bagaimana manusia itu akan
berujud, yaitu semakin manusiawi dan berguna bagi sesama, bangsa dan negaranya, serta dunia.

Muara dari Olah Hati, Olah Rasa, Olah Pikir, dan Olah Raga [Ki Hadjar]
adalah manusia seutuhnya, manusia yang semakin manusiawi sesuai dengan
tital Illahi. Maka, menurut Ki Hadjar pendidikan NKRI harus memperhatikan

  • Kodrat Alam
  • Kemanusiaan
  • Kemerdekaan
  • Kebudayaan
  • Kebangsaan

Pemikiran Ki Hadjar ini yang ikut ditumpes kelor oleh rezim Orba karena berbau kerakyatan yang dikonotasikan komunisme, dan kemudian direduksi menjadi Tut Wuri Handayani dimana Kebudayaan dipisahkan dari Pedidikan dan kemudian dijadikan satu dengan pariwisata karena pariwisata mengemban misi menjual budaya adalah kerusakan nalar maha dahsyat. Budaya itu unik maka orang tertarik untukm melihat. Itu hakekat pariwisata. Semua itu adalah salah satu penyebab hilangnya arah pendidikan NKRI untuk membangun bangsa Indonesia.

Tuntutan untuk merevisi UU No 20 Th 2003 yang mengakomodasi Pendidikan sebagai komoditi dan melahirkan berbagai produk pendidikan ala pasar bebas jelas bertentangan dengan hakikat pendidikan itu sendiri adalah layak dan pantas didukung. silahkan melihat kembali pemikiran Ki Hadjar Dewantara, Ki Mangunsarkoro, dkk yang menghasilkan pemikiran mengenai 10 pedoman guru untuk mendidik Warga sejati (1946) dan menjadi inspirasi bagi UU pertama mengenai pendidkan NKRI yaitu UU No 4, Th 1950. Para pendidik, termasuk Wapres Prof, mestinya tahu bahwa pendidikan itu bukan komoditi. Pendidikan adalah proses, yaitu proses untuk membangun manusia, proses untuk membangun bangsa, nation and character building !. Jangan samapi ada lagi UU BHP dibarter dengan peluang untuk memperoleh pinjaman dari WB. Itu pelacuran negara.

Ilmu Pengetahuan dan sejarah peradaban bahkan ratusan tahun sebelum masehi telah menjelaskan, namun kenapa manusia tetap saja tidak bisa menguasai ANIMAL NATURE-nya, yaitu egoisme, tribalisme, ketamakan, kerakusan ? Pendidikan adalah meninggikan Higher Nature [Pestalozzi] agar mengeliminasi Animal Nature dalam diri manusia. Higher Nature itu ada dan abadi dalam diri manusia, maka harus diperkuat dan semakin ditinggikan melaluim pendidikan, agar manusia semakin manusiawi.

Pendidikan itu untuk membangun bangsa, TITIK. Pendidikan itu estafet transformasi peradaban antar generasi, TITIK. Bagi NKRI, pendidikan adalah NATION AND CHARACTER BUILDING !

Jangan bawa pendidikan untuk pembenaran politik sesaat sesuai dengan fiskal politik. Rezim Orba dan Rezim Pasca Reformasi sudah memberi contoh. Masa lalu bukan frozen culture, masa lalu adalah pengetahuan dan kebijaksanaan yang bisa dipelajari untuk membangun peradaban masa depan yang lebih baik .

Bangsa ini mau dijadikan seperti apa adalah urusan pendidikan, dan itu sudah tertuang dengan jelas di Pembukaan dan UUD 1945 sebagai Political Philosophy bangsa, sebagai kompas yang menunjukkan arah. Bagaimana disain pendidikan untuk mewujudkan bangsa sesaui dengan cita-cita proklamasi adalah urusan pendidikan. Orang pendidikan tidak lagi bisa berkilah dan cuci tangan dengan berkata bahwa pendidikan hanya salah satu sub sistem dari sistem pembangunan bangsa. Orang Pendidikan hendaknya tidak lagi melacurkan diri kedalam jabatan dan kekuasaan. Pemerintah hasil pemilu mestinya merupakan estafet yang menjalankan konstitusi untuk melanjutkan pembangunan peradaban bangsa, bukan malah memnyimpangkannya.

Ditunggu Orde Pencerahan Pendidikan NKRI.