Upaya untuk memahami ajaran Ki Hadjar Dewantara sebagai Perintis Kemerdekaan, Perintis Pendidikan, dan Perintis Kebudayaan Indonesia1, atau sebagai Bapak Politik Nasionalisme Indonesia2 dan sebagai pendiri Perguruan Nasional Taman Siswa pada 3 Juli 1922 berarti harus merentang perjalanan hidup Ki Hadjar Dewantara sejak 1900 sebagai penanda peralihan perjuangan pisik ke perjuangan politik untuk melawan penjajahan Belanda hingga ke Kongress Majelis Luhur Taman Siswa 1956, tiga tahun sebelum beliau wafat. Dengan rentang waktu yang panjang tersebut pergoalakan jiwa Ki Hadjar akan terlihat dalam benang merah pemikiran beliau sehingga bisa diambil sari patinya.
Sejak awal 1900 RM Soeryadi Suryaningrat banyak bergaul dengan tokoh pergerakan seperti Dr Wahidin Soedirohoesodo yang telah memulai gerakan dengan berkeliling ke Karesidenan di Jawa untuk meminta bantuan melalui pendidikan untuk bangsanya guna membangun pendidikan bagi bangsanya. Tentu beliau bergaul pula dengan tokoh-tokoh pergerakan yang lain, seperti Dr Soetomo, Dr Tjipto Mangunkoesoemo dll., yang kemudian mendirikan Boedi Oetomo, 1908. Di Boedi Oetomo ada beberapa tokoh yang kelak terlibat dalam pendirian Perguruan Nasional Taman Siswa. Bahkan kongres pertama Boedi Oetomo diselenggarakan di Jogja setahun kemudian di Aula SMA 11 Jogja, Jl AM Sangaji sekarang. Jelas pergolakan jiwa RM Soerjadi Soeryaningrat adalah melawan penjajahan.
Pada 22 Desember 1912, bersama dengan Dr Tjipto Mangun Koesoemo dan E.F.E. Douwes Dekker, RM Soeryadi Soeryaningrat mendirikan gerakan partai politik pertama yang dinamakan Indische Party. Akibat gerakan ini Douwes Dekker ke Kupang, Dr Tjipto ke Bandaneira, dan RM Soerjadi Soeryaningrat ke Bangka yang akhirnya diasingkan ke Belanda. Di pengasingan Belanda ini adalah tonggak perubahan pemikiran Rm Suryadi Suryaningrat karena disana dia bertemu dengan tokoh-tokoh pergerakan lainnya, dan Tahun 1913 – 1915 RMSS menempuh pendidikan Paedagogie di Nederland hingga mendapatkan sertifikat sebagai pengajar Eropa. Sementara isterinya RAy Soetartinah Sasraningrat (RSS) mengajar Kinder Garten di Frobel School yaitu sekolah anak-anak dengan sistem Frobel3. Juga, beliau mempelajari pemikiran tokoh-tokoh pendidikan seperti Friederich Wilhelm August Fröbel dan Maria Montessori. Pemikiran ke dua tokoh ini banyak mewarnai pemikiran Ki Hadjar, baik dalam filosofi pemikiran beliau mengenai sistem pendidikan maupun pedagogi yang diterapkan di Pendidikan Taman Siswa.
Tahun 1920 timbul cita-cita baru yang menghendaki perubahan radikal dalam lapangan pendidikan dan pengajaran yang merupakan gabungan kesadaran kultural dan kebangkitan politik yang merupakan idam-idaman kemerdekaan Nusa dan Bangsa sebagai jaminan kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan lndonesia4.
RM Surjo Kusumo kemudian mendirikan Paguyuban Saka5 atau Selasa Kliwonan bersama RM Soewardi Suryaningrat, Ki Ageng Suryomataram, RM Sutatmo Suryokusumo, Sutopo Wonoboyo, Gondoatmojo, Ki Prawirowiworo, Ki Pronowidigdo, BRM Subono, dan RMH Suryoputro. Soekarno juga sering hadir dalam pertemuan Saka dan Tri Rahayu mulai dibahas di pertemuan. Buah dari Saka adalah kelahiran Nationaal Onderwijjs Instituut atau Perguruan Nasional Taman Siswa yang sekaligus mengakhiri SAKA.
Oleh karena itu, tujuan Pendidikan Ki Hadjar dirumuskan dalam Tri Rahayu, yaitu :
- Hamemayu Hayununging Sarira, yaitu pendidikan bermanfaat bagi yang bersangkutan dan keluarganya, agar bisa mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain.
- Hamemayu Hayuning Bongso, yaitu pendidikan bermanfaat kepada bangsanya.
- Hamemayu Hayuning Bawono, yaitu pendidikan bermanfaat bagi dunia.
Dengan demikian, Ki Hadjar melalui Perguruan Nasional Taman Siswa hendak membangun modal sosial bangsa sesuai dengan jati diri bangsa atau jiwa bangsa yang satu8 melalui Pendidikan secara berjenjang sejak Taman Indira hingga Taman Guru.
- Taman Indria atau Taman kanak-kanak
- Taman Muda atau Sekolah Dasar (SD)
- Taman Dewasa atau Sekolah Menegah Pertama (SMP)
- Taman Madya atau Sekolah Menengah Atas (SMA)
- Taman Guru
atau seperti dituis oleh Soekarno :
Menurut Martin Ramstedt9, Pendidikan Taman Siswa menyerap apa yang dinamakan “Contemporary Alternative Education Movements di Eropa dan India” seperti “Pedagogical Method Advocating Freedom and Spontaneity” Maria Montessori, Sistem Pestalozzi, sistem Dalton, Humanitarian School System, Grundvig’s People’s University System, Rudolf Steiner’s Anthroposophical Education, dan Rabindranatah Tagore’s Vishva Bharati School di Shantiniketan. Montessori mengunjungi Taman Siswa pada 1941 untuk melihat dan memberikan beberapa saran. Bahkan Tagore dan beberapa anak serta Prof. Pandia dari Bombay dan Dr Khair juga datang ke Taman Siswa untuk belajar. Hal ini menunjukkan bahwa Taman Siswa telah menjadi Sekolah Internasional ketika Indonesia belum merdeka.
_____________________
1Prof Dr Sardjito, Sambutan Pada Pengukuhan Dr HC Ki Hadjar Dewantara di 1908. di Srimanganti, 1956
2Presiden Soekarno, Sambutan Pada Pengukuhan Dr HC Ki Hadjar Dewantara di Srimanganti, 1956
3Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, http://www.tamansiswa.org/publikasi-mainmenu-29/pijar-mainmenu-37/54-rm-soewardi-soerjaningrat-ditengah-reformasi-pendidikan-di-eropa.html, online 10/17/2014